Langsung ke konten utama

A Toxic Relation

Renia Septiani Kinanti


Renjana memejamkan matanya di tengah hiruk pikuk kelas. Sekolah Dasar kelas enam yang seharusnya kompak-kompak karena sebentar lagi mereka akan melepas masa-masanya mereka sebagai anak Sekolah Dasar menjadi anak sekolah anak pertama, harus terpaksa pecah, hanya karena sebuah permasalahan antara dirinya dan salah satu temannya. 


Renjana kecil saat itu selalu lelah, capek, atas hubungan persahabatan yang menurutnya sangat tidak sehat? Dipaksa untuk melakukan sesuatu hal oleh temannya, dan Renjana harus menurutinya. Itu sangat egois sekali. Ia tak menyukai sikap sahabatnya itu yang selalu semena-mena terhadapnya. Meski begitu, Renjana kecil tetap mau melakukan hal yang diinginkan sahabat perempuannya itu, walau dengan perasaan yang dongkol dan tak ikhlas. 


Anna, Rani, Karisa, dan juga Naura merupakan teman paling dekat Renjana di Sekolah Dasar. Mereka selalu pergi bersama entah itu ke kantin, atau bermain di luar sekolah sekalipun. Tapi di pertemanan mereka itu, ada satu anak perempuan yang memiliki sikap temperamen dan egois. Tapi sahabat-sahabatnya tetap dekat dan memahami sikapnya itu, karena di antara kelima anak perempuan itu Anna lah yang paling berani, dan bisa dibilang Renjana, Rani, Karisa, dan Naura takut kepada Anna. Anna hidup berkecukupan, keluarganya pun sayang kepadanya, tapi entah mengapa ia bisa memiliki sikap seperti itu. Entah karena didikan orang tuanya yang memang tidak benar? Atau mungkin sikap dan sifat itu memang muncul sendiri dalam diri Anna. 


Kala itu, tepat di hari Senin, Renjana harus menelan pil pahit lagi, kala ia memasuki kelas yang sudah ramai oleh anak-anak, tatapan tajam mengarah padanya. Ia tahu kesalahan apa yang telah dibuat kemarin. Saat hari Sabtu, Anna menyuruhnya untuk jangan memberi tahu guru, bahwa Anna tidak masuk ke dalam kelas karena ia sedang berada di UKS, tapi faktanya Anna malah asik-asikan tidur, alias tidak sakit beneran. Hal itu ia lakukan karena ia memang sangat malas untuk belajar di kelas. Dan Renjana mengetahui itu. Tetapi Anna menyuruhnya untuk tutup mulut, dan jangan memberitahu siapapun bahwa dirinya tidak sakit, jika diberitahu kepada guru, maka Renjana akan mengalami kejadian seperti dulu-dulu. Merasa bahwa ini tidaklah benar, dan ia tak mungkin terus membiarkan Anna seperti itu, yang ada nanti ia akan terus kebiasaan, dan menyepelekan konsekuensinya. Maka dari itu ia pun melaporkannya, hingga Anna pun dihukum di tengah lapangan pada hari Sabtu itu. 


Dan lihatlah, Anna sudah melancarkan aksinya. Ia menghasut teman-temannya untuk ikut membenci Renjana, seperti dirinya membenci Renjana, sahabatnya itu. Bahkan Anna memutar balikan fakta, bahwa dirinya kemarin memanglah sedang sakit, lalu ia dipaksa untuk ke kelas oleh Renjana. Dan lebih parahnya ia bilang bahwa Renjana telah menuduhnya membohongi Pak Guru. Teman-temannya yang lain seperti Rani, Karisa, dan Naura hanya menatap Renjana, tanpa mau mendekat ke arahnya, karena Renjana memang tahu bahwa mereka pasti berada di pihak Anna. 


Renjana kesepian, dan tak begitu nyaman dengan situasi buruk ini. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa Anna bilang seperti itu? Yang pada nyatanya anak itu lah yang salah, bukan dirinya. Gara-gara Anna, ia menjadi jauh dengan siapa saja. Memang, Anna itu aktris terbaik dalam perannya ber-akting, yang seolah-olah dia lah korban, bukan pelaku. Tapi sialnya, mengapa selama 6 tahun ini, Renjana mau-mau saja tetap berteman dengannya. 


"Jan, ini punya kamu ketinggalan," Gadis berusia duabelas tahun dengan rambut dikuncir dua itu berdiri di sampingnya dengan membawa kotak pensil merah muda milik Renjana. "Ketinggalan di kolong bangku kamu." 


Renjana menerimanya, "Terima kasih, ya, Naura." Renjana tersenyum. Naura hendak membalas senyuman itu, tapi tiba-tiba dari arah dalam, kelas Anna meraih tangan Naura dan bilang bahwa ia jangan dekat-dekat lagi dengan Renjana, karena Renjana itu jahat. 


"Jana, aku sama Naura pulang duluan." Mereka berdua pun pergi meninggalkan Renjana sendirian. 


"Salah aku apa sih, Anna? Aku gak suka sendirian, aku pengen kalian. Kenapa di saat aku butuh kalian, kalian malah pergi? Anna, Rani, Karisa, Naura, walau aku gak salah, tolong maafin aku. Aku takut... " 


Dua tahun kemudian, Renjana dan teman-temannya sudah beranjak di bangku SMP. Tak disangka, ia malah kembali satu kelas dengan Anna. Karisa? Naura? Kedua gadis itu berbeda kelas dengan mereka. Tapi Rani, masih satu kelas dengannya. Renjana kira semua permasalahan-permasalahan yang menurutnya sangat begitu kekanak-kanakan dulu akan berakhir, ternyata salah, itu masih berlanjut sampai sekarang. Di SMP, Renjana punya teman-teman baru, tetapi ia pun masih dalam satu golongan bersama Anna. Anna memang seseorang yang keras kepala dan sangat egois. Segala sesuatu harus tetap berjalan seperti apa yang diharapkannya, dan jika tidak ia akan marah. 


Renjana kembali menjadi korban atas kekesalannya itu. Bodoh sekali. Sungguh Renjana sangat bodoh. Bahkan itu bukan kesalahannya, melainkan kesalahan Anna sendiri, tapi mengapa ia dengan bodoh dan tak tahu dirinya memohon kepada Anna untuk tak lagi marah kepadanya, dan bilang kepada teman-teman sekelasnya untuk tidak menjauhinya. Ya, jujur, Renjana takut kepada Anna. Padahal Anna menurutnya tak memiliki paras yang menyeramkan, tetapi dirinya takut karena Anna seperti menjadi penguasa kalau di dalam kelas. Segala sesuatu yang dilakukannya pasti akan disetujui oleh teman-temannya. Seperti kebiasaan Anna yang pintar dalam memutar balikkan fakta, dan menghasut teman-temannya untuk membenci Renjana juga.


Apa ini termasuk ke dalam sebuah perundungan? Apa ini termasuk ke dalam tindak siswi yang selalu semena-mena terhadap temannya? Maka dari itu, tolong siapapun lihat lah Renjana, lihatlah Anna. Tolong buka mata kalian, bahwa Anna tidaklah sebaik yang kalian kira. Di belakangnya ada Renjana, yang harus menanggung segala kekesalan dan kemarahan seorang Anna. 


Semenjak kejadian-kejadian tersebut bergulir cukup panas, anehnya hubungan mereka selalu tiba-tiba membaik kembali tanpa adanya suatu kata "permintaan maaf" yang dilakukan oleh Anna kepada Renjana. Mereka kembali bersahabat, walau Renjana tahu pasti Anna nanti akan mengulangi kesalahannya seperti dulu-dulu. 


9 tahun kasus itu berlalu, akhirnya Renjana bisa terbebas dari Anna, karena gadis itu melanjutkan pendidikannya di luar kota, berbeda dengan Renjana dan Rani yang melanjutkan SMA mereka di sekolah yang dekat dengan rumah mereka. Renjana bisa bernapas lega, bisa tidur dengan nyenyak, bisa memejamkan mata tanpa harus menebak-nebak peristiwa apa yang terjadi besok di sekolah akibat ulah Anna. Di SMA, Renjana sudah menemukan sahabat yang benar-benar memang bisa dikatakan sahabat. Sahabat yang mau menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dia punya, mau diajak suka maupun duka, terbuka terhadap segala permasalahan, dan mencari solusinya bersama-sama, mau berjuang bersama tanpa harus menjatuhkan teman satunya lagi, dan yang terakhir, mereka mau menerima Renjana, tanpa ragu bahwa Renjana merupakan seseorang yang buruk bagi mereka. 


Renjana berterima kasih kepada teman-teman yang dia temui. Karena mereka, Renjana bisa merasakan arti sahabat itu bagaimana, tanpa harus merasakan takut dan trauma seperti yang telah terjadi padanya di tahun-tahun sebelumnya. Percaya, Renjana sangat menyayangi mereka. 


Rasa ketakutan itu memang terus menghantui Renjana setiap saat.

Entah itu setiap malam saat hendak tidur, pagi saat dia sarapan, dan siang saat dirinya masih berada di dalam kelas sekalipun. 

Namun, sungguh sangat disayangkan, ia tidak pernah mau melawan sekalipun, dan hanya diam saja ketika dicampakkan. 

Itu benar-benar masa kelam dirinya saat bersekolah, menurutnya. 

Apapun yang terjadi di kala itu, Renjana tetap menerimanya, dan mencoba untuk melupakannya. 


XII-L


Pesan: Kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk melakukan apa yang kita inginkan. Hal yang mudah bagi kita, belum tentu akan mudah bagi orang lain. Yang utama dalam cerita pendek ini yaitu, jangan lah kamu menghasut teman-temanmu untuk membenci seseorang, hanya karena kamu membencinya. 


Sebuah cerita nyata, yang dibumbui oleh fiksi. Tak berani mengungkap nama sebenarnya, jadi disamarkan saja. Jika ada yang membaca, tolong, ya, baca dengan cermat. Jangan sampai gara-gara kamu, orang yang dibenci kamu ikut dibenci sama orang lain, hanya karena kamu menghasut teman-temanmu itu. 


Tidak tahu apakah cerita ini termasuk ke dalam perundungan atau bullying? Tetapi saya memilih cerita ini, agar orang-orang juga membuka mata untuk jangan bersikap seperti itu kepada teman-temannya. 


Terima kasih sudah membaca:)









Komentar

Postingan populer dari blog ini

JEJAK LANGKAH DI TAMAN ILMU

  JEJAK LANGKAH DI TAMAN ILMU Veraldie Esa Putra Nirmawan Perkenalkan nama saya Veraldie Esa Putra Nirmawan, di masa SMA saya, saya bersekolah di SMA kebanggaan warga Cikalong dan sekitarnya yaitu di SMA Negeri 1 Cikalongwetan. Saya hidup 3 tahun di sekolah ini berawal dan berakhir dikelas yang sama yaitu kelas G. sekarang saya ingin bercerita tentang kehidupan saya selama bersekolah di SMAN 1 Cikalongwetan, selama 3 tahun ini yang penuh suka dan duka. Tanggal 16 Juli 2021 adalah awal dari perjalanan baru di hidup saya menuju hidup yang semakin realistis. Di sekolah saya sering dipanggil Veral. Pada awalnya, ketika saya pertama kali masuk SMA, saya merasa campur aduk antara kegembiraan dan juga kecemasan. Sebuah babak baru di hidup saya yang penuh dengan harapan serta tantangan. Pada pembelajaran pertama, kita tidak bisa langsung bertatap muka dengan teman-teman kelas karena kondisinya tidak memungkinkan, yang pada saat itu sedang dalam kondisi pandemi dan pemerintah pun menuru...

Story at School

 Rika Dimas Fitria  XII.i B.Indonesia Story at School Kelas X  Pada suatu hari,,saya telah lulus MTs sampai orang tua meneruskan saya ke Sekolah SMAN 1 Cikalongwetan ini,lalu saya daftar ke SMAN 1 Cikalongwetan bersama kakak dari pagi sampai jelang malam,sampai menunggu pengumuman diterima atau tidaknya,sampailah Alhamdulillah saya diterima disekolah ini.Lalu salah satu teman sosmed menghubungi saya bahwa kita sekelas,dia bernama Shifa Sulastri.karena sekolah ini pada era covid kita sekolah dibagi sesi pertama dan kedua lalu saya sesi dua sampai bertemu pada pertemuan sekolah saya bertemu dengan Shifa langsung,tidak hanya Shifa bahwa saya juga sekelas dengan temen SD saya yaitu Siti Sopiah,sampai pada hari-hari berikutnya saya berkenalan dengan teman yang lainnya seperti N.Sani,Suci dan yang lainnya.Lalu wali kelas X kita adalah ibu Amila sholihah lalu saya mengerjakan tugas sebagian BDR dan diadakannya projek Pertama yang berjudul KTI (karya tulis Imiyah) dan disatukan k...

CERITA YANG TIDAK AKAN BERAKHIR

Saskia Agustin Masa corona akhirnya berakhir, semua yang berada di rumah akhirnya kembali menjalani kehidupan seperti semula walaupun masih identik dengan pemakaian masker yang wajib dipakai apabila akan keluar rumah. Seperti halnya denganku, saskia. Mulai kembali menjadi siswi yang berangkat pagi untuk ke sekolah, yang juga seperti itu. Pembelajaran di sekolah masih belum efektif ternyata, jadi para guru memberikan alternatif agar bisa melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan menerapkan sistem yang dikelas para murid dibagi 2 atau dengan sebutan sesi a dan b.  Belum begitu banyak mengenal siapa saja yang ada di kelas hanya satu, siti. Unik memang ketika Aku menyangka kalau Siti itu orangnya memiliki badan yang tinggi hahah. Alurnya singkat sampai tanpa tidak sadar kalau kita sudah begitu dekat tapi bukan hanya siti ada satu orang lagi yang sampai sekarang dekat denganku dia Rahma, orang ketika mendengar namanya pasti akan langsung bilang " anu pinter tea", asli mema...