Tertindas Bukan Berati Diam
Perkenalkan nama saya Melly. Dia memiliki kisah yang cukup menarik waktu saya bersekolah di sekolah dasar. Waktu itu dia duduk di bangku sekolah kelas 2 pernah di serang secara fisik oleh seorang anak laki-laki teman sekelas, dia adalah viky. Dia bertubuh besar dan berbadan tinggi. Mulut saya di bekam secara tiba-tiba. Disitu Melly sontak langsung menangis karena terasa sangat sesak. Bahkan guru-guru saja tidak ada yang mengetahui. Melly tidak memiliki dendam padanya, dia berpikir mungkin itu perbuatan jahil darinya.
Setahun berlalu, kini Melly duduk di kelas tiga Sekolah Dasar. Melly mendapatkan lagi perlakuan Bullying secara Verbal. Singkat cerita, ini kejadiannya berlangsung setelah pulang sekolah. Tiba-tiba saja teman sekelas bernama Panji ini, berkata seperti ini
"Melly ga punya mamah, huhh". Berulang Kali kali dia melontarkan kalimat ini. Melly kaget, kenapa teman dia bisa berkata seperti itu. Dia bisa berkata seperti itu, mungkin karena dia ingin masuk ke kelompok Melly, karena Melly menolaknya secara baik-baik. Tetapi dia tidak terima sampai dia bisa berucap itu. Melly ingin menangis, marah tetapi tidak bisa. Pada saat kejadian itu juga Guru yang bernama Bu Widia datang menghampiri Melly untuk memenangi serta menegur teman Melly. Bu Widia berusaha untuk tidak marah kepada teman Mellya, dia hanya berbicara hanya untuk memperingati saja. Mamah Melly memang sudah meninggal sejak berumur 4 tahun. Hal yang sangat umum teman-teman sekelas sudah mengetahuinya. Tetapi tidak tahu kenapa dia bisa berkata seperti itu. Padahal dia salah satu anak yang sangat baik.
Waktu berlalu dengan cepat, kini Melly berada di bangku kelas empat. Pada saat siang hari dalam keadaan istirahat Melly bersama teman-teman bermain. Kami bermain Polisi-polisian. Melly disini sebagai polisi yang menangkap penjahat. Mulailah Melly berlarian untuk mengejar teman laki-laki saya bernama Dani dan Doni. Saya mengejar Dani, seketika tangan Dani mulai mengepal dan mengarah mulai ke hidung Melly. Dia menangis karena merasa sangat sakit dan langsung menutupi hidung. Karena hidung Melly pun memar, dan sedikit bergeser tulang hidup pada bagian kiri. Melly sangat kecewa karena wali kelas saya yang bernama ibu Devi sangat cuek. Dia tampak tidak peduli dengan keadaan Melly. Dia hanya memerintahkan teman Melly untuk mengantar pulang kerumah. Di saat kejadian berlangsung pun hanya ada satu guru saja, yaitu ibu Devi. Langsung saja saya pulang bersama teman. Setelah saya pulang kakak Melly dan neneknya nangis dan sangat khawatir karena melihat kondisi hidupnya Melly. Tidak berpikir lama, Melly langsung dibawa ke tukang urut. Alhamdulillah bisa kembali dengan normal, meskipun tidak memeriksakan ke rumah sakit. Nenek Melly sangat marah, kemudian dia pergi ke rumah Dani untuk menegur dia dengan datang ke rumah orang tuanya. Orang tua dia tidak merasa bersalah bahkan meminta maaf pun tidak. Orang tua Dani malah berbalik marah kepada nenek Melly. Kemudian nenek dan Melly langsung kembali pulang ke rumah dengan rasa kecewa. Setelah itu Melly beraktivitas kembali seperti biasa untuk pergi ke sekolah. Dani tidak merasa bersalah sama sekali. Dia terlihat biasa saja. Meskipun begitu, Melly tetap akan memanfaatkan dia dan menerima dengan ikhlas.
Dari semua berbagai kejadian yang telah Melly alami, saya dapat mengambil pelajaran bahwa kita semua harus senantiasa untuk memiliki rasa ikhlas yang begitu bebas untuk menerima semuanya dengan lapang dada. Meskipun sampai sekarang masih teringat jelas di pikiran. Meskipun sampai sekarang masih teringat sangat jelas di pikirannya, tetapi Melly tidak menyimpan rasa dendam sedikitpun. Karena mungkin semua yang telah terjadi itu ada hal baik yang akan Melly terima.
Komentar
Posting Komentar