Hilda Lestari
Di sebuah pondok pesantren yang terletak di luar kota Bandung ada siswi yang bernama Naura dia merupakan siswi SMP yang cukup pendiam. Awalnya semua baik-baik saja ketika Naura kelas 1 SMP dia tidak pernah mendapatkan masalah dengan teman-teman sekamarnya dan berteman baik dengan mereka, lalu masalah bermula ketika Naura naik ke kelas 2 karena dia harus pindah kamar dan disatukan dengan kakak kelas yaitu kelas 3,4, dan 3 intensif. Ketika awal perpindahan kamar semuanya masih baik-baik saja tidak ada yang aneh dan kakak kelas pun bersikap baik kepada Naura, tetapi setelah beberapa minggu berlalu kakak kelas mulai menunjukkan senioritas kepada Naura dan teman-temannya.
Suatu hari di hari Jum'at siang Naura dan teman-temannya memutuskan untuk mandi, mereka pun langsung pergi ke kamar mandi yang terletak di bawah lalu mengantri dan kebetulan naura mendapatkan antrian terakhir, setelah semua temannya selesai mandi mereka semua langsung kembali ke kamar. Naura pun mandi dan setelah selesai mandi dia langsung kembali ke kamar tetapi ketika Naura kembali dia melihat semua kakak kelas sedang berkumpul di kamar, lalu dia langsung duduk didepan lemarinya dan menyisir rambut. Saat dia sedang menyisir rambut tiba-tiba semua kakak kelas yang ada di kamar mengelilingi dia, Naura pun bingung mengapa dia dikelilingi oleh kakak kelasnya ketika Naura sedang berusaha memproses semuanya si kakak kelas langsung memarahi dia habis-habisan karena tidak menempati kamar mandi untuk mereka dan tidak memberitahu mereka untuk mandi duluan, padahal waktu mereka mau mandi semua kakak kelas tidak ada dikamar. Disitu Naura sangat takut karena dia terpojokkan oleh mereka dan teman sekamarnya pun tidak tahu kalau dia dimarahi oleh mereka semua karena ada yang berada diluar kamar dan ada yang sedang tidur. Karena Naura takut dia langsung pergi keluar kamar dan menemui temannya yang beda kamar bernama Linda, lalu dia menceritakan semuanya dan menangis.
Setelah kejadian tersebut Naura beberapa kali mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan seperti semua barang di lemari diacak-acak lalu dikeluarkan, ketika piket pun Naura sendirian tidak dibantu karena jadwal piket nya disatukan dengan kakak kelas dan Naura sering dimarahi. Naura selalu piket sendiri dan mengerjakan semuanya, tetapi dia mencoba untuk sabar tidak melaporkan kejadian tersebut kepada ustadzah atau orang tuanya karena takut akan diperlakukan lebih parah. Tapi lama kelamaan Naura sudah tidak kuat dan ketika dijenguk oleh orangtuanya ia menceritakan semua kejadian yang ia alami, setelah orangtuanya mengetahui semua yang Naura alami akhirnya mereka memutuskan untuk memindahkan Naura ke pondok pesantren lain. Di kelas 2 SMP semester 2 Naura pun pindah setelah pindah Naura tidak pernah mendapatkan perlakuan tersebut, tetapi meskipun kejadiannya sudah beberapa tahun ke belakang tetapi Naura selalu mengingat kejadian tersebut dan tidak ingin kejadian tersebut terulang.
Komentar
Posting Komentar