Tintin Rohayati
Di sekolah dasar yang tenang, Tina, seorang gadis yang ceria, terjebak dalam badai emosi. Karena pergaulannya dengan teman laki-lakinya, ia menjadi sasaran perundungan verbal atau bullying dari teman-teman perempuannya.
Kehidupan sehari-harinya penuh dengan senyuman dan semangat, namun keputusasaan datang ketika teman-teman perempuannya mulai memandangnya dengan sinis karena melihat Tina selalu bermain dengan laki-laki.
Tina merasa sangat sedih karena teman-teman perempuannya menolak bermain dengannya. Setiap kali dia mencoba ikut bersenang-senang, teman-teman perempuannya yang tadinya sedang bermain menjadi dingin dan menjauh, tidak hanya itu teman-teman perempuannya mulai menyinggung dengan kata yang membuat Tina sangat sedih dan meninggalkan bekas luka tak kasat mata di hatinya.
Saat mendapat perlakuan tidak adil, Tina merasa dikucilkan dan tidak dihargai. Perundungan verbal yang dialaminya tidak hanya menimbulkan trauma, namun juga memperkuat ketidaksetaraan gender di antara teman-temannya. Mengapa keberanian mengejar kepentingan sendiri menjadi alasan untuk dijauhi dan diejek?
Namun di tengah penderitaannya, Tina menemukan kekuatan dalam keberanian dan tekadnya. Dia tidak hanya menanggung pengawasan sinis dari teman-teman perempuannya, namun dia juga menemukan penghiburan dan dukungan dalam persahabatan dengan teman laki-lakinya. Kejujuran dan kebaikannya memberi Tina kekuatan menghadapi tantangan ini.
Meski begitu, kejamnya penindasan terus membayangi kehidupan Tina. Sekalipun Anda mencoba melupakannya, luka emosional akibat kata-kata yang menghina akan tetap memengaruhi kehidupannya. Namun, Tina tidak membalas perbuatan teman-teman perempuannya.
Beberapa waktu berlalu, teman-teman perempuannya mulai menerima Tina apa adanya. Dan Tina pun mulai membatasi pertemanannya dengan teman laki-lakinya.
The end
Komentar
Posting Komentar