Di sebuah desa hiduplah seorang janda dan anaknya yang bernama Jamal. Jamal berasal dari keluarga miskin, ibunya hanya seorang penjual sayur. Mereka dipandang rendah oleh masyarakat setempat. Suatu hari saat Jamal berangkat ke sekolah, teman-temannya banyak membullynya. Teman-temannya mengatakan bahwa Jamal tidak mengenal dirinya sendiri karena dia adalah orang miskin yang tidak boleh bersekolah. Tak hanya diejek, Jamal juga di-bully oleh teman-temannya. Setiap pulang sekolah, dia menangis dan mengadu kepada ibunya. Ibu Jamal berkata, “Tidak masalah, jadikan hinaan temanmu sebagai motivasi untuk membuktikan kamu lebih baik dari orang yang menghinamu.” Keesokan harinya, Jamal kembali ke sekolah.
Namun hari itu, tidak ada yang mengingatkannya bahwa dia menjalani ujian setiap hari. Nilai Jamal kurang bagus dan dia semakin sering diolok-olok oleh teman-temannya. Sejak saat itu, Jamal tidak tahan dengan ejekan teman-temannya dan memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Setelah Jamal membolos sekolah selama beberapa hari, datanglah guru yang ramah yaitu ibu melati ke rumah Jamal. Dengan kata-katanya yang baik dan bijak, ibu melati berhasil meluluhkan hati jamal yang telah memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Namun, Jamal dengan cepat berubah pikiran dan memutuskan untuk mengabaikan ejekan teman-temannya dan belajar dengan giat. Usahanya tidak sia-sia.
Berkat giat belajar, Jamal berhasil mendapat juara satu di kelasnya. Meski masih banyak teman yang mengolok-oloknya, namun Jamal tidak menghiraukannya dan terus fokus belajar hingga mencapai hasil yang memuaskan. Jamal bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Kalau kita terus berdoa, semua bisa tercapai. Terima kasih Tuhan.
Komentar
Posting Komentar