Suara bell sekolah berbunyi, pertanda sekolah dimulai. Diriku, seorang siswa, sangat malas untuk bersekolah. Aku bersekolah hanya untuk mendapatkan uang jajan dan menghabiskan waktu dengan belajar. Meskipun belajar di sekolah, ilmu yang ku dapatkan tidak selalu menempel pada otaku yang kecil ini, yang sama seperti biji alpukat.
Aku bersekolah di SMA Negeri 1 Cikalongwetan. Mengapa aku memilih sekolah ini dari sekian banyak SMA/SMK/MA yang ada? Karena aku tidak memiliki pilihan lain. Ketika aku kelas 9, aku sangat ingin pergi ke sekolah menengah atas yang memiliki jurusan teknik komputer dan jaringan. Tetapi tidak ada sekolah yang dekat yang mempunyai jurusan itu. Kalaupun ada, sekolah itu sangatlah jauh dari rumahku dan aku tidak mendapatkan izin dari orang tuaku.
Kisah ini akan bercerita tentang aku yang seorang siswa biasa dan sekolah yang biasa-biasa saja, tapi tidak biasa jika dibandingkan dengan sekolah lain.
Aku, Andhika Pratama, seorang siswa SMA biasa yang mencoba untuk bergaul dengan semua orang karena tidak mau dikucilkan lagi seperti waktu di MTs. Aku mencoba bergaul dengan orang yang baru aku temui dengan sok akrab, namun setelah beberapa bulan, aku menyadari bahwa yang kulakukan ini hanyalah akting. Ini bukanlah diriku! Melakukan ini hanya membuat fisik dan mental ku lelah.
Setelah ku berhenti, aku mulai tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Aku tidak peduli dengan teman sekelasku. Bahkan aku merasa muak jika melihat wajah teman sekelasku dalam 3 tahun. Kenapa ku bilang 3 tahun? Karena kurikulum sekolah ini berbeda dengan sekolah lain. Sekolah ini terpilih menjadi bagian dari salah satu sekolah penggerak dan menggunakan kurikulum merdeka. Jujur saja, kurikulum merdeka ini membuatku lelah secara fisik dan mental. Terlalu banyak kerja tim di tugasnya dan aku tidak suka kerja tim. Kerja tim hanya membuatmu terlihat bodoh dengan menggendong orang bodoh dengan hasil kerja kerasmu. Mereka tidak bekerja sebagai tim, tetapi mendapatkan nilai yang setara dengan orang yang bekerja. Dan bodohnya diriku adalah aku malah mengikuti kegiatan organisasi disekolah ini. Dimana saat aku kelas 11, aku malah menjabat sebagai wakil ketua organisasi tersebut. Jujur saja, aku tidak ada niatan untuk menjadi ketua ataupun bagian inti kepengurusan. Hanya saja, aku memikul tanggung jawab yang besar dari kakak kelas ku. Dan aku selalu berfikir, jika bukan diriku, siapa yang akan melakukan nya? Apakah aku akan menyia-nyiakan hasil kerja kelas kakak kelasku? Dengan perasaan seperti itu, aku menjalani hari-hari sekolah dengan lebih melelahkan.
Aku selalu menganggap bahwa bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain itu sangatlah tidak berguna dan melelahkan. Bahkan aku berfikir, jika ada pekerjaan yang tidak membuatku terlihat di depan umum dan tidak perlu berkomunikasi dengan orang lain, pasti itu akan menyenangkan. Pasti kau berfikir bahwa diriku ini seperti anak emo ataupun sadboy dengan gangguan kejiwaan. Tapi aku tidak masalah dengan kau berpendapat apa. Inilah diriku, dan aku menerima diriku apa adanya.
Aku membenci orang yang selalu melanggar aturan. Aku benci kepada seorang pembully. Aku benci kepada hal yang membuatku kesal. Aku benci segalanya.
Satu-satunya hal yang aku senangi disekolah ini adalah anggota organisasiku. Walaupun ada yang tidak kusuka dari mereka, tetapi itu lebih baik dibandingkan aku harus menghabiskan waktu dengan teman sekelasku.
Aku mempunyai kebiasaan buruk dimana aku selalu melihat orang yang kubenci sebagai sampah masyarakat. Aku selalu menganggap diriku lebih baik dari pada mereka dan mereka tidak pantas bernafas dan lebih baik menghilang saja dari dunia ini.
Walaupun banyak hal yang tidak aku sukai dari sekolah dan masyarakat, aku tetap menikmati sekolah ini karena menurutku masih ada hal-hal baik yang kualami seperti berorganisasi. Sepertinya tidak terlalu buruk juga, membiarkan orang bergantung padamu tidak terlalu buruk juga. Memiliki teman yang mengerti dirimu tidak buruk juga, walaupun kadang membuat kesal karena berbeda pendapat. Tapi karena hal itu, aku menjadi orang yang terbuka yang tidak menilai baik atau buruk, tetapi menilai dari perspektif orang itu juga dan alasannya.
Dalam belajar disekolah ini tidak ada yang terlalu berkesan, hanya pada saat hari terakhir setiap guru mengajar dan mereka mengatakan kalimat perpisahan, entah mengapa hatiku ini terasa sakit. Aku membayangkan hari-hari bersama guru tersebut. Guru adalah sosok yang berjasa, mereka sangat sabar mendidik siswa/i mereka. Mereka sangatlah peduli dengan masalah murid-muridnya. Dan mengetahui bahwa kita tidak akan diajari oleh mereka kembali sangatlah menyakitkan. Bahkan di wajah mereka terlihat mereka ingin menangis saat mengucapkan perpisahan, tetapi mereka menahannya agar para murid tidak bersedih.
Mungkin kau berfikir itu hanyalah sebuah perpisahan sementara dan kita akan bertemu lagi nanti, tapi saat aku mengucapkan perpisahan kepada anggota organisasiku, hal itu sangatlah menyakitkan. Ketika tahu bahwa kau tidak akan menjalani hari-hari biasamu, kau tidak akan bisa melihat mereka berkembang lagi. Dan ketika kau tahu bahwa mereka semakin menjauh darimu dan dirimu terlupakan. Saat aku mengucapkan selamat tinggal, aku tidak bisa menahan sedihku dan aku membuat anggota-ku menangis. Tapi aku tahu ini hanyalah awal, hal besar dan penderitaan yang lebih besar masih ada didepan.
Terimakasih SMA Negeri 1 Cikalongwetan
Terimakasih Bapak Rasugiyono (Walikelas kelas X)
Terimakasih Bapak Denis (Walikelas kelas XI)
Terimakasih Bapak Hanhan (Walikelas kelas XII)
dan terimakasih kepada bapak/ibu guru pengajar serta para staff SMAN 1 Cikalongwetan dan tidak lupa teman temanku yang telah menemaniku menjalani hari-hari di SMAN 1 Cikalongwetan, aku pasti tidak akan melupakan kalian semua
Ohh dan tidak lupa pak Nychken gilang yang telah membuat tugas ini sehingga saya bisa meluapkan pikiran dan emosi saya
Sampai jumpa lagi semuanya
Tetaplah bernafas
Komentar
Posting Komentar