Langsung ke konten utama

Mereka Si Pena Pengukir Cerita


Kala itu, membayangkan bagaimana dunia SMA akan berjalan, dipenuhi dengan bayang-bayang menyeramkan. Gundah tak berujung manakala mengetahui dengan pasti bahwa diri ini tak begitu pandai berteman, namun ternyata semua mengalir sesuai alur yang Tuhan tetapkan, dan inilah aku berjalan bersama masa putih-abuku dengan beragam cerita didalamnya.


Cerita ini bermula saat COVID-19 sedang terjadi dan berdampak pada ditutupnya sekolah offline. Seluruh siswa melaksanakan belajar dirumah masing-masing dan sesekali melakukan zoom meeting, tak banyak memberi pengaruh secara nyata pada bagaimana kita berinteraksi secara langsung. Karena tentunya saat itu masih tak bisa bertatap muka, seiring berjalannya waktu akhirnya tibalah pada masa dimana sekolah kembali dibuka namun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Saat itu, pembelajaran merupakan berbasis sesi. Dimana hanya sebagian yang bersekolah, sebagian lainnya tetap berada dirumah. Saat itu rasanya sangat canggung, tak mengenal siapapun dan dengan perasaan gelisah, akhirnya memberikan diri untuk berkenalan dan berhasil dekat dengan dua orang yaitu Anisa dan Ervina. Senang sekali rasanya bisa mendapatkan teman, karena semasa sekolah dulu tak pernah punya teman dekat.


Waktu terus berjalan, sampai tiba masa dimana seluruh siswa diperbolehkan untuk sekolah secara offline. Menginjak Ramadhan sekolah mengadakan lomba kebaikan yang diabadikan dalam bentuk video. Kelas kami tentu saja antusias dalam mengikuti perlombaan tersebut, kami berencana membuat takjil di rumah Khurul dan membagikannya di dekat jalan raya. Selesai dengan membuat takjil, tanpa diduga hujan turun dengan sangat deras. Kami semua kehujanan dan basah kuyup, namun hujan tak menghentikan langkah kami dalam berbagi kebaikan. Berjalan dan berlari bersama derasnya hujan, membawa kardus berisi takjil yang akan dibagikan, mencoba melindungi makanan agar tak basah. Mencari tempat berteduh dan mulai membagikan takjil tersebut, waktu terus bergulir dan hujan tak kunjung reda sampai adzan Maghrib berkumandang, beberapa teman sudah pulang dan beberapa masih menunggu jemputan, beberapa teman lainnya memutuskan untuk berbuka di Rumah Makan Padang. Tak sia-sia, perjuangan kami berbuah manis dengan meraih juara favorit. Mengingat momen tersebut membuat hati ini menghangat, Bagaimana kami berlari, berlindung, berbagi, rasanya sangat menyenangkan.


Selama tiga tahun sekolah, telah banyak melaksanakan projek. Beberapa yang paling berkesan adalah pembuatan miniatur Rumah Joglo khas Jawa Timur, beberapa kali mengalami kegagalan namun berkat kerjasama tim yang baik, pembuatan miniatur bisa diselesaikan dan dipresentasikan. Meskipun beberapa kali terdapat perdebatan, hal tersebut bukanlah suatu penghalang bagi kami dalam menyelesaikan projek sesuai target yang ditetapkan.



Projek lainnya yaitu saat menari tarian khas Lampung, bersama dengan teman sekelas lainnya yang juga menari dengan tarian khas daerah masing-masing sesuai dengan yang telah ditentukan.


Banyak sekali momen menyenangkan yang terukir, baik saat PORAK maupun event lomba lainnya. Beberapa yang paling berkesan adalah saat mengikuti Lomba Debat Bahasa Indonesia juga Mojang Jajaka, awalnya tentu sangat terasa berat. Buta akan dunia debat, dan tidak terbiasa berbicara dimuka umum. Saat itu, kami masuk dalam babak final LDBI namun ternyata tak bisa membawa pada juara pertama, perasaan bersalah terus melingkupi ruang hati, mengutarakan maksud dari air wajah yang tak kunjung ceria. Meminta maaf atas tak berhasilnya meraih juara pertama. Saat itu terasa sangat melelahkan, setelah selesai dengan tampil sebagai peserta Mojang Jajaka, dilanjutkan dengan final LDBI, dan ternyata lomba Mojang Jajaka meraih juara 1 sebagai Mojang Jajaka Kelas Terbaik. Namun, rasa bersalah akan kegagalan yang lain, tidak hilang begitu saja. Terima kasih kepada teman terdekat juga teman-teman kelas yang telah membantu meyakinkan diri yang penuh ragu ini untuk mengikuti dua mata lomba tersebut, dan mengapresiasi kami meski LDBI hanya bisa memenangkan juara tiga. Terima kasih juga pada tim karena sudah berusaha dengan sangat baik dalam mengikuti dan memperebutkan juara dari dua mata lomba tersebut.



Dan momen yang paling berkesan adalah saat mendapat teman dekat. Anisa, Ervina, Tintin, Neneng dan Omih. Terima kasih sudah mau berteman dan memberi kesempatan seperti apa mempunyai teman, khususnya teman dekat. 


Terima kasih juga untuk seluruh anak kelas K, telah menciptakan banyak momen dengan berbagai macam emosi, baik senang, sedih, marah. Semoga segala harapan dan mimpi masing-masing bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Banyak sekali momen yang tidak cukup hanya terukir lewat kata.


Nama: Faiha Adytia Dwi Astuti

Kelas : XII-K


Komentar

Postingan populer dari blog ini

JEJAK LANGKAH DI TAMAN ILMU

  JEJAK LANGKAH DI TAMAN ILMU Veraldie Esa Putra Nirmawan Perkenalkan nama saya Veraldie Esa Putra Nirmawan, di masa SMA saya, saya bersekolah di SMA kebanggaan warga Cikalong dan sekitarnya yaitu di SMA Negeri 1 Cikalongwetan. Saya hidup 3 tahun di sekolah ini berawal dan berakhir dikelas yang sama yaitu kelas G. sekarang saya ingin bercerita tentang kehidupan saya selama bersekolah di SMAN 1 Cikalongwetan, selama 3 tahun ini yang penuh suka dan duka. Tanggal 16 Juli 2021 adalah awal dari perjalanan baru di hidup saya menuju hidup yang semakin realistis. Di sekolah saya sering dipanggil Veral. Pada awalnya, ketika saya pertama kali masuk SMA, saya merasa campur aduk antara kegembiraan dan juga kecemasan. Sebuah babak baru di hidup saya yang penuh dengan harapan serta tantangan. Pada pembelajaran pertama, kita tidak bisa langsung bertatap muka dengan teman-teman kelas karena kondisinya tidak memungkinkan, yang pada saat itu sedang dalam kondisi pandemi dan pemerintah pun menuru...

Story at School

 Rika Dimas Fitria  XII.i B.Indonesia Story at School Kelas X  Pada suatu hari,,saya telah lulus MTs sampai orang tua meneruskan saya ke Sekolah SMAN 1 Cikalongwetan ini,lalu saya daftar ke SMAN 1 Cikalongwetan bersama kakak dari pagi sampai jelang malam,sampai menunggu pengumuman diterima atau tidaknya,sampailah Alhamdulillah saya diterima disekolah ini.Lalu salah satu teman sosmed menghubungi saya bahwa kita sekelas,dia bernama Shifa Sulastri.karena sekolah ini pada era covid kita sekolah dibagi sesi pertama dan kedua lalu saya sesi dua sampai bertemu pada pertemuan sekolah saya bertemu dengan Shifa langsung,tidak hanya Shifa bahwa saya juga sekelas dengan temen SD saya yaitu Siti Sopiah,sampai pada hari-hari berikutnya saya berkenalan dengan teman yang lainnya seperti N.Sani,Suci dan yang lainnya.Lalu wali kelas X kita adalah ibu Amila sholihah lalu saya mengerjakan tugas sebagian BDR dan diadakannya projek Pertama yang berjudul KTI (karya tulis Imiyah) dan disatukan k...

CERITA YANG TIDAK AKAN BERAKHIR

Saskia Agustin Masa corona akhirnya berakhir, semua yang berada di rumah akhirnya kembali menjalani kehidupan seperti semula walaupun masih identik dengan pemakaian masker yang wajib dipakai apabila akan keluar rumah. Seperti halnya denganku, saskia. Mulai kembali menjadi siswi yang berangkat pagi untuk ke sekolah, yang juga seperti itu. Pembelajaran di sekolah masih belum efektif ternyata, jadi para guru memberikan alternatif agar bisa melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan menerapkan sistem yang dikelas para murid dibagi 2 atau dengan sebutan sesi a dan b.  Belum begitu banyak mengenal siapa saja yang ada di kelas hanya satu, siti. Unik memang ketika Aku menyangka kalau Siti itu orangnya memiliki badan yang tinggi hahah. Alurnya singkat sampai tanpa tidak sadar kalau kita sudah begitu dekat tapi bukan hanya siti ada satu orang lagi yang sampai sekarang dekat denganku dia Rahma, orang ketika mendengar namanya pasti akan langsung bilang " anu pinter tea", asli mema...